Selamat ulang tahun, Dian!

Saya hendak meminta maaf karena ketika akan menelfon tengah malam sebelum pergantian hari saya jatuh tertidur. Tertidur hingga keesokan hari dengan masih menggenggam handphone di tangan.

Hari Minggu saya dan Febri berencana mengunjungi beberapa tempat di pulau tenggara Bali ini. Untuk itu pagi ini saya menemani Febri ke tempat penyewaan motor. Tempat penyewaan motor ada di Rumah Datuk Iti, nenek dari Izah.

Kamu masih ingat Izah Din? Anak kecil yang aku ceritakan dulu.

“Assalammualaykum,” kata saya sambil mendorong pintu belakang.

“Waalaykumsalam,” jawab orang di rumah.

Saya lihat ada Izah sedang menurunkan standar sepedanya.

“Mbak Reni mau kemana, katanya mau sewa motor ya?” tanya Izah

“Mau ke Atuh Zah, ada temen Mbak Reni ikut main ke sini terus katanya mau jalan-jalan ke sana. Jadi aku mau minjem motor bapaknya Izah buat main kesana ya,” kata saya.

“Tapi bapak lagi keluar Mbak Ren, aku bilang ke mamak aja ya,” kata Izah.

Lalu dia lari ke dalam rumah memanggilkan mamaknya. Sebentar kemudian ibu Izah ke luar, saya bilang mau menyewa motor dua hari untuk ke beberapa tempat. Beliau mengiyakan kemudian masuk ke dalam rumah mencarikan kunci motor.

“Zah, Izah inget ngga sama Kak Dian?” tanya saya

“Kak Dian yang fotonya ada di hp nya Mbak Reni itu?” kata Izah menatap saya dengan matanya yang cemerlang.

Dia mengingatmu, Din.

Kalian belum bertemu tapi dia mengenalmu dari cerita-ceritaku.

“Zah, Kak Dian hari ini ulang tahun lho, doakan Kak Dian ya Zah,” kata saya.

“Ulang tahun yang ke berapa Kak Dian nya sekarang Mbak Ren? Nanti dah tak doain Kak Diannya. Eh kalo ngucapin sekarang telfon Kak Dian boleh nggak?” tanya Izah.

Dia bilang dia ingin ngucapin selamat ulang tahun padamu Din.

“Hmm. Kalau Izah ngucapinnya ditulis mau ngga? Biar awet Zah. Kalau langsung bilang nanti Kak Diannya denger sekali aja jadinya ngga awet deh hehe, ” kata saya.

“Boleh Mbak Ren, ngga papa. Sekalian mau ngajak Kak Diannya ke sini ya Mbak. Dimana nulisnya?” tanya Izah sambil senyum, senyum manis.

Lalu saya keluarkan buku catatan, memberikannya pada Izah beserta satu pulpen. Kemudian aku menemui ibunya di dalam rumah, berbicara sebentar tentang waktu pengembalian sepeda motor. Kira-kira sepuluh menit kemudain Izah menghampiri saya, mengembalikan buku catatan.

“Ini Mbak Ren, udah buat Kak Dian. Ntar ajak Kak Dian main ke sini ya Mbak Ren,” kata Izah kemudian mengambil sepedanya, mengayuh pedal sepeda keluar dari pekarangan rumah.

Dia menuliskan ini untukmu.

Jelas terbaca tidak Din?
Aku ketik lagi kalimat yang ditulis Izah ya 🙂

Toyapakeh, 13 Oktober 2013

Halo Kak Dian selamat ulang tahun semoga panjang umur sehat sentosa, semoga lulus. Kak Dian kapan main ke nusa penida nanti main ke penide puncak mundi, mandi laut, jalan-jalan ke nusa penida keliling nusa penida, ke peguyangan, nyabut asamku, terus nyari manggaku, melihat santrais, sunset, melihat matahari yang terbit di pagi hari dan siang hari terus Kak Dian ajari aku belajar okeeee!

-Nur Azizah

Kalian belum bertemu, belum pernah bertatap muka satu sama lain bukan?
Tapi Izah mengenalmu.

Panjang umur sehat sentosa, doa Izah. Katanya semoga Kak Dian lulus. Dia tahu kamu sedang menempuh pendidikan S2. Diajaknya kamu mandi laut. Mandi laut itu berenang Din, jadi sebelum menginjakkan kakimu ke pulau ini kamu harus bisa berenang ya. Pun belum bisa nanti aku pinjamkan jaket pelampung. Di rumah Izah ada satu pohon asam yang tinggi dan sedang lebat berbuah Din, makanya diajak nyabut asam. Dan ajakan-ajakan lain yang sudah ditulis Izah di atas ya.

Itu Din, aku ingin sampaikan dari satu teman kecil kita. Kalau nanti kamu ada kesempatan ke sini, aku kenalkan ke Izah juga teman-teman lain 🙂

Lalu dariku?

Hmm. Dariku begini Din.

Jadi tadi aku ke satu pantai, namanya Pantai Atuh. Sesampainya di pantai itu, aku mendapatinya sebagai pantai yang begitu tenang, sepi. Hanya ada 4 orang di situ yakni aku, Febri, dan dua kawan yang berasal dari desa tempat aku menginap yang mengantarkan kami ke sini. Oya, setelah itu ada dua orang lagi dari suatu yayasan datang.

Jadi minggu siang ini di Pantai Atuh hanya ada kami berenam. Tenang sekali rasanya, Din. Semoga doa-doa ini didengar alam. Tidak perlu aku jabarkan ya Din. Biarkan bisikannya hinggap pada butir-butir pasir di tepian. Terbang oleh angin lalu disampaikan-Nya padamu

Oya, bukan berarti aku tidak ingin mengucapkan secara lisan. Jadi jangan lupa ya nanti mengecek video singkat yang aku tautkan padamu 😉

Terakhir Din,
Someone wrote, Allah knows who belongs in our life and who does not. Trust and let go. Whoever is meant to be there, will still be there.

Aku hanya kangen mengerjaimu bersama teman-teman lain, seperti yang dilakukan 4 kali berturut-turut dalam tahun-tahun terakhir kemarin. Dian, terimakasih sudah menjadi teman yang teramat baik dari sejak pertama kita bertemu :”)

Leave a Reply

Your email address will not be published.