Kadar

Otak akhir – akhir ini sedang meluap luap. Terpikir olehnya betapa dunia penuh rupa – rupa. Tidak mampu ia mengingat pilihan yang diambil dulu, pada satu masa sebelum kehidupan saat ini, tentang keputusan jiwa memilih menjadi manusia. Ia mempertanyakan eksistensi diri dan orang – orang disekitarnya, termenung mengamati tingkah laku, memperhatikan sikap-sikap mereka. Otak sedang terlalu banyak bertanya. Huft.

Manusia harus memiliki tenggang rasa. Pada sesama mereka, juga pada penghuni lain di dunia. Pada pepohonan, yang ada di rimba maupun di tepian jalan, pada hewan – hewan, pada langit, dan bumi. Pada semut – semut yang berjalan berurutan berbaris rapi di pojok – pojok rumah, pada tangkai – tangkai bunga yang menyembul diantara dedaunan, pada paus – paus yang berenang di luasnya samudera. Pada segala yang hidup dan mati.

Konon dibentangkannya langit, adalah untuk menjadi saksi. Juga dari mereka lainnya yang hidup dan yang mati. Atas takdirnya, mereka satu saat nanti akan riuh menyampaikan kabar, tentang kehidupan manusia di bumi. Tentang bagaimana manusia berpikir, bagaimana ia mencari.

Leave a Reply

Your email address will not be published.