Menikmati Jogja rasa Belanda di Beukenhof

Hawa sejuk cenderung dingin menyergap sejak turun dari kendaraan. Dinginnya terasa menembus pakaian, merapatkan pori pori kulit. Angin sepoi sepoi membuat leher ke kepala bergidik, gemeletuk. Melihat bangunan Beukenhof khas Belanda di cuaca mendung berangin, rasanya jadi ingat masa masa sekolah kalau sedang mau makan di kedai di Belanda. Dimana setelah berjalan/bersepeda menuju lokasi, pengennya cepat cepat masuk ke kedai mencari ruangan yang hangat hangat, ngga tahan oleh terpaan angin dingin di luaran (flashback dikit pemirsah~)

Jalan menuju Restaurant Beukenhof
Restauran Beukenhof

Lokasi Restaurant Beukenhof ada dalam kawasan Museum Ullen Sentalu, di daerah Kaliurang atas. Jika teman teman berkesempatan untuk ikut tour museumnya, tour berakhir di area lapang di sebelah restauran. Sebetulnya sudah beberapa kali sebelumnya saya berkunjung ke Museum Ullen Sentalu, tapi ngga ngeh kalau bangunan di akhir itu adalah restauran. Baru tau, dan kali ini meniatkan untuk singgah.

Restaurannya sendiri terletak ‘nangkring’ diatas. Di sisi barat di taman tempat menuju pintu keluar museum. Sederet anak tangga mengarahkan pengunjung ke pintu jati kokoh dua lapis berkaca lebar, pintu masuk restauran, yang dari sisi luarnya tampak pantulan warna kuning dari lampu lampu gantung bulat.

Pintu masuk restauran

Sesaat memasuki ruangan terkesan sekali style less is more nya. Penataan ruang yang sederhana, tidak menggunakan terlalu banyak warna, atau terlalu banyak ornamen. Furnitur kursi, meja, pot, gantungan lampu, hiasan-hiasannya menegaskan kesan kuno yang elegan. Di ruangan utama restauran sendiri banyak dijumpai jendela kayu dengan ukuran lebar, mempersilakan pengunjung menyantap hidangan sembari menikmati sejuknya suasana sekitar.

Setelah memilih meja di bagian outdoor, pramusaji datang memberikan buku menu. Sebelumnya, dalam perjalanan menuju lokasi, kami baca baca dulu review dari orang orang dan sudah menentukan mau order apa saja.

“Silahkan Kak..” kata mas-masnya.

Diterimalah menu yang disodorkan. Siapa tau ada menu baru, sambil cek cek lah ya.

Srek.. srek..srek bolak balik buku menu. Western menu-nya ngga ada. Lho kok, lho kok. Cek lagi lebih teliti. Menu western food-nya.. beneran ngga ada.

“Mas, ini.. untuk menu western-nya memang ngga ada atau gimana yah?” tanya saya

“Iya Mba, sudah ngga ada karena sudah ganti konsep.”

“Oh, sejak kapan gitu Mas?”

“Sejak 12 Desember ini Mba..”

Jeng jenggg. Bayangan menyantap menu western rekomendid sesuai review sirna sudah.. agak kecewa rasanya. Sudah terbayang bayang padahal ingin mencicip tuna baugett, lasagna, pinna collada, serta chochomint-nya.

Tapi yah sudahlah, setelah melihat kembali buku menu kami akhirnya memesan Indische asem-asem daging dan tomato soep with poached egg untuk main dish, sementara untuk dessert kami pilih brown sugar pisang kopyor dan roasted cashew banana caramel. Judul judul makanannya menggunakan bahasa campuran antara dutch, english dan bahasa Indonesia hehe.

Menu baru di Beukenhof

Tidak lama menunggu, sekitar 20 menitan kemudian makanan utama dihidangkan.

Mencicip dulu kuah asem asem dagingnya.. oh, sungguh syedaaaap! Perasaan kecewa tadi raib setelah melahap habis porsi makanan yang dipesan hahahah (Alhamdulillah yah pemirsa). Pisang kopyor nya juga enak banget. Sebenernya itu semacam carang gesing ya, hanya dengan penyajian ala resto bintang 4 barangkali yaa. Kalau biasanya di Magelang saya beli carang gesing sesimpel olahan pisang dan roti dengan kuah santan susu, dalam suguhan kali ini koki menyajikannya dengan kismis, nangka, kelapa muda bakar, serta gula aren. Toplah.

Main dish
Dessert

Makan siang itu ditutup dengan menu penutup tambahan lava cake, dan dessert olahan roti keju gurih (lupa namanya). Membandingkan dengan porsi mini main dish nya, sepertinya kami kenyang oleh dessert daripada manakan utama heuheu.

Selesai santap siang di Beukenhof, tidak lupa kami mengambil beberapa foto di restauran bergaya eropa klasik itu. Seperti biasa, ngga berharap banyak deh dari pak suami kalo sedang memfoto saya, karena seperti di bawah ini hasilnya. Untung saja, mencintai berarti memberi tanpa berharap menerima #ea. Lain kali, ngga akan saya lupa untuk membawa tripod.

When you taking picture of your husband
Once he’s taking your pict pfffffffft
Quick selfie at the museum exit gate before leaving

Leave a Reply

Your email address will not be published.