Untuk Amberley, putri sahabatku

Halo Amberley, salam kenal!
Amberley Athena Mahayunda, langit kebijaksaan yang cantik. Selamat datang di dunia tempat manusia mengumpulkan bekal. Aku sampaikan titipan doa dari kawan-kawan ibumu.

Rabbana hablanaa min azwaajinaa wa dzurriyaatinaa qurrata a’yuun waj’alna lilmuttaqina imama.

Aku dengar kau sudah lahir, aku ingin berbicara dengan ibumu tapi sepertinya perlu menunggu waktu yang tepat. Jadi boleh ya lewat tulisan ini sedikit berbagi ceritaku bersama ibumu 🙂

Rabu, 18 September 2013.
“Renihooooo”
Satu pesan masuk ke handphone saya. Dari seorang sahabat, Melissa Harnas
Saya    : “Ico Maricohoo. Amicuu :* mau telpon dong coo:D”
Ibumu : “Heiiii. Aku lagi di rumah sakit.”
Saya    : “Waaaaa. Udah mendekati cooo?:D Aduuuh tetiba deg degaaan”
Ibumu : “Udah bukaaaan. Dari tadi malam tiba-tiba perutku suakiiit Ren. Terus tadi siang keluar darah. Pas dicek ternyata udah bukaan 2. Yowes aku dirawat inap nunggu bukaan selanjutnya dan pecah ketuban 😀 Doa’in lancar yo Reen. Aku masih bisa hahahahihihi sih wkwkwk. Tapi mau istirahat dulu ngumpulin energi buat nanti. Ntar tak kabari lagi 😉
Saya  : “Waaaa Maricoo semoga persalinannya lancaar, Bismillahirrahmanirrahim. Coo Mas Adi-mu sudah di RS juga?”
Ibumu : “Mas Adi udah di udara otw Surabaya bentar lagi nyampe. Nanti kalo udah lahiran tak kabari (y)
Berdiri mematung. Masih surprised memandangi layar handphone. Ini teman saya udah mau lahiran.
Tersenyum, menghirup nafas dalam-dalam sambil memejamkan mata. Rasanya ikut berdebar-debar.
Lalu saya beranjak dari kantor, yang ternyata gerimis di luar.
Hujan. 
Segera saya memanjatkan doa.
Dua tahun lalu. Kamis adalah jadwal praktikum biologi sel molekuler. Bu Marcell menjelaskan di depan ruangan materi praktikum kali ini. Haduh, cepat sekali Bu Marcell mencatat di papan, membuatku malas mencatat. Celingak-celinguk. Di sebelahku ada ibumu yang sedang memperhatikan bu Marcell seraya mencatat. Aku melirik catatannya, lengkap mamen. Ditambah dia gaul banget mencatat tanpa melihat ke buku! sekali-sekali doang deng ngeliat ke buku hehe. Jadilah aku setelah praktikum selesai langsung mendekati ibumu. Ngapain? Ya pinjam catetanlah :p
Sejak itulah aku mulai dekat dengan ibumu, jadi sering main ke asrama putri ITB, tempat kosnya. Baik untuk ngerjain tugas atau belajar bareng yang hampir selalu berakhir ketiduran karena suasana asrama yang adem enak banget buat tidur hahaha. Berangkat dijemput sama ibumu di Plesiran sambil membawa sepeda lipat yang ditaruh di tengah-tengah boncengan sepeda motor. Biar kalau besoknya balik ke Plesiran ngga perlu jalan kaki. Jalan turunan Dago-Plesiran memang paling enak kalau dibuat sepedaan, ngga perlu dikayuh ban-nya udah nggelinding sendiri hehe.
Lalu mulai ikut kegiatan-kegiatan dimana kami menjadi satu tim. Lomba pertama yang kami ikuti ialah kompetisi pembuatan proposal kewirausahaan. Satu tim kami beranggotakan 5 orang; aku, ibumu, Gagas, Kamal dan Gatot. Judul proposal kami saat itu tentang bisnis vermikompos. Yang jelas tidak menang karena setelah dianalisis pembahasan saintifik tentang vermikomposnya berkali lipat lebih banyak dibanding menekankan sisi kewirausahaan itu sendiri. Memakai judul mirip judul-judul praktikum yang panjang kali lebar kali tingginya seukuran jalan tol, sementara tim lain yang masuk saringan judulnya simpel praktis eyecatching. Jadilah memang sepantasnya kalah hahaha. Daaan salah satu kawan ibumu, Kamal, ternyata punya tim sendirilah parah banget dia ternyata mendua ckckck, masuk dalam saringan pulak yang judulnya Angkringan Nusantara oleh M. Kamal Muzakki. Tapi akhirnya ngga menang juga deng soalnya dia kalah di seleksi keduanya, baru bikin esay 15 menit menjelang pengumpulan katanya waktu itu:p *peace Mal ^^v
Berikutnya kami bikin proposal PKM Penelitian, satu tim bareng anak jurusan sebrang tetangga gedung, tentang kandang ayam yang oke untuk ternak ayam. Soalnya kakekmu sama bapakku waktu itu lagi gemar-gemarnya melihara ayam (kurang lebih begitu kan ya Ca?hehe). Mana di PKM ini pake ngambek ngambekan segala sama ibumu. Jadi waktu itu adalah suatu sore dengan hujan deras. Entah lupa apa yang membuat kami saling ngambek begini tapi perlu ngeprint buat dikumpulin secepatnya. Terus aku dan ibumu diem dieman, tapi tetep ngetik-ngetik ngerjain proposalnya. Lucu kalo diinget-inget :” Dan tidak lolos juga proposal PKM-P ini hahaha.
Lalu lomba terakhir yakni National Innovation Contest Machine Festival (NIC M-Fest). Dalam lomba ini kami bertiga; aku, ibumu, dan Gagas, setelah ber-blablabla babibu akhirnya kami memutuskan membuat proposal mengenai “Pengolahan limbah cair rumah tangga terpadu menggunakan eceng gondok (E. crassipes) dan karbon aktif” kurang lebih judulnya seperti ini. Lomba yang dimana kami mengumpulkan biodata pribadinya sudah lewat waktu yang ditentukan, rasanya sudah ngga ada harapan. Tapi ternyataaa masuk dalam 20 besar finalis dan diliput metro tv pulak:3 Coba minta ke ibumu untuk melihat tayangannya hehe. Setelah keluar pengumuman dari panitia bersibuklah kami membuat mock-up sistem pembersih air rumah tangga tersebut. Delapan puluh persen pembuatan mock-up dikerjakan oleh ibumu dan Gagas. Kesalahan besar (bagiku) saat kami memilih asrama putri ITB sebagai base camp untuk menyelesaikan project. Udara dingin di asrama membuat kelopak mataku berat, terkantuk-kantuk, bahkan ketika baru akan memulai (ya amfun Reni-.-). Atau yang niatnya cuma tidur sebentar dengan meminta izin,” Icaa, Gagaas bangunin 5 menit lagi ya. 5 meniiit aja yaa,” kataku dnegan sudah berselonjoran di kasur ibumu yang kemudian selalu berakhir tidur lelap hingga esok tiba hahaha syalalaa~
Setahun lalu, pertengahan Juli 2012. Setelah membayar 2 plastik es goyobod pada pak penjual, aku berjalan ke tempat kos ibumu. Es goyobod untuk buka puasa sore itu. Selesai berbuka puasa, kami ke Masjid Salman untuk tarawih. Malamnya aku menginap di kosan ibumu, ‘saling menjaga’ agar tidak tertidur untuk membuat slide presentasi rancangan penelitian tugas akhir. Disela-sela mengetik kami ngobrol, ngobrol buanyaaak sekali. Dimulai dari diskusi tentang penelitian ibumu, penelitianku, memperkirakan pertanyaan-pertanyaan apa yang akan muncul saat dipresentasikan ke dosen pembimbing, teknis lapangan yang akan dilakukan nanti, hingga pembicaraan menyangkut ke pemilik tulang rusuk. Satu permintaan ibumu yang kalau dipikir sekarang bikin aku geli, ketika ibumu berkata padaku seperti ini,” Ren, nanti aku kan penelitian tugas akhirnya akan lama di lapangan. Boleh minta tolong ngga sampaikan ke orang piiiiiiip kalau aku sebenernya punya perasaan padanya piiiiiiiiiip.” Aku hanya menjawab permintaannya dengan berhahahihi (Dan ibumu sungguh mencintai ayahmu sehingga kalau kami membahas lagi cerita ini jadi senyam senyum sendiri)
Akhir Juli 2012. Akhir bulan ini ibumu akan ke Bangladesh untuk mengikuti konferensi yang membahas tentang climate change kemudian langsung ke Kalimantan untuk ambil data penelitian tugas akhir. Aku sendiri akan mengikuti program kegiatan berlayar ke Indonesia timur kemudian setelah itu mengerjakan penelitian di Bali hingga Januari tahun berikut. Rasanya ini adalah waktu bertemu terakhir kami tahun itu (eh ternyata bisa ketemu lagi deng sehari buat ngasih oleh-oleh miniatur becak emas silver dari Banglasdeh :3).
Begitulah. Sesekali kami bertelepon, bertukar cerita. Ibumu menceritakan bagaimana dia melakukan pengambilan data. Menggelar transek dibantu beberapa orang dari perusahaan yang membiayai penelitiannya. Lalu tentang orang-orang setempat yang berpikir,”Aduh ini si mbak siang-siang begini ngapain sih nglingker-nglingkerin meteran ke pohon diukur-ukur” yang mungkin se-awkward aku buat orang-orang di Toyapakeh,”Ini orang ngapain berkano malem-malem ngeliatin karang.” Karena dengan berbagi cerita seperti ini, kami bisa saling menguatkan. (ya kan Ca 🙂 )
Satu telepon dari ibumu di awal September. Dia bercerita tentang orang-orang kantor di perusahaan tersebut yang menanyakan apakah si ibumu sudah punya pacar atau belum lalu mulai iseng mengajukan nama-nama orang di kantor. Telepon berikut dia bercerita tentang satu sosok laki-laki yang ada di perusahaan yang membiayai penelitiannya, yang katanya kalau bertemu saat makan di kantin laki-laki ini yang paling jarang menyapanya dan duduknya suka sendiri, tidak bergabung dengan karyawan lain. Lalu telepon berikut ibumu mengabarkan dia mulai ditanyai dengan serius oleh seorang laki-laki. Dan telepon berikut lagi menginformasikan bahwa ibumu akan menikah akhir tahun. Ya, menikah akhir tahun katanya :”)
30 Desember 2013. Pukul 11.00 WITA. Pesan singkat dari ibumu: “Reeen aku mau telfon.” Lalu aku sibuk memakai jaket, jilbab langsung pakai, menggapai kaos kaki di samping bantal, segera mengenakannya kemudian tergesa keluar rumah. Kalau kau suatu saat nanti ke satu perkampungan pesisir bernama Toyapakeh, dan saat kau menginjakkan kaki di sini masih belum juga bertambah bts yang dipasang di wilayah ini, maka bila ingin lancar menerima telpon atau menelepon orang memakai kartu ind*sat maka aku sarankan kau untuk duduk di tepi pantai hehe. Saat itu aku berjalan cepat setengah berlari melewati rumah-rumah, Dermaga Toyapakeh kemudian berbelok ke kanan. Pepohonan rindang didepan tembok rumah penduduk menaungi sederetan kayu yang dipaku pada dua penahan di kedua sisinya. Tempat pewe untuk menelepon. Ini adalah hari ayah dan ibumu melaksanakan akad nikah.
Tuit..tuit.tuit. 
Telepon dari ibumu.
”Halo Assalammualaykum Icaaa. Icaa aku ikut seneeeeeng Icaaa maaaaf aku ngga bisa ke Riau,” sederet kalimat aku ucapkan bahkan sebelum ibumu bilang halo.
“Iya Ren, ini aku lagi persiapan dikit lagi buat akad nikah nanti sore. Ngga papa tenang aja, yang penting doanya ya Ren,” kata ibumu.
Di kesempatan singkat ini ibumu bercerita tentang persiapan yang dilakukannya sejak beberapa hari lalu. Tentang keluarga besar berkumpul di rumah kakekmu di Riau, juga keluarga ayahmu yang jauh-jauh datang dari Surabaya. Ibumu bilang betapa berdebarnya dia sekarang kemudian bercerita sedikit tentang pertemuannya dengan ayahmu. Mendengar suaranya saja aku bisa membayangkan dia sedang teramat berbahagia. Aku mengangguk-angguk tersenyum sambil sesekali menanggapi obrolan.
25 Januari 2013. Aku sedang di warung makan Pak Restu (masih) di tepi pantai Toyapakeh saat menerima pesan gambar dari ibumu. Sambil makan aku buka pesan di handphone, lalu kembali melanjutkan makan.
Beberapa saat kemudian.
“Kamu udah lihat foto yang aku kirim belum?” satu kalimat pesan muncul. Dari ibumu. Lalu aku cermati gambar yang dikirimkannya tadi, ternyata foto secarik kertas. Aku perbesar. Bola mataku membesar, tersenyum menahan diri untuk tidak berteriak dengan mulut penuh nasi.
“Waaaaa Icaaa baru selesai di donlot dan baru ngeh. Alhamdulillah selamat ya Icaaa,” dan blablabla aku menulis balasan padanya.
Secarik kertas yang menjadi bukti bahwa sahabatku ini sedang mengandungmu. Kertas yang mencantumkan pernyataan bahwa kau sudah bertumbuh di rahimnya saat itu.
Semalam ibumu menyampaikan dia sedang di rumah sakit, sudah bukaan 2 katanya. Semacam live report dia selalu mengabarkan berita-berita terbaru. Aku ikut berdebar. Lalu besoknya pukul 18.09 satu pesan masuk ke handphone, juga dari ibumu yang mengabarkan kalau kau sudah keluar dari perutnya. Ah, ibumu ini :”)
Amberley, agaknya aku ingin menyampaikan beberapa hal padamu.
Kau perlu tahu Amberley, tidak mudah bagi sahabatku menjagamu untuk tetap aman dan nyaman di perutnya. Tiga bulan pertama mengandungmu dia sangat-tidak-boleh-banyak-bergerak. Bagi anak lapangan macam dia hal ini sungguh merepotkan. Tapi dia menggunakan usaha terbaiknya untuk membuatmu tetap aman dan nyaman di rahimnya.
Kau perlu tahu Amberly, trimester pertama saat membawamu di perutnya adalah masa-masa penulisan skripsi, masa-masa bertemu dosen pembimbing, masa-masa menjelang sidang tugas akhir. Yang untukku ini adalah ujian yang berat, tapi tidak bagi ibumu karena ada yang jauh lebih harus dipertanggungjawabkan, yaitu dengan keberadaanmu di perutnya. Baginya mengolah data statistik menghitung nekromasa berkayu, vegetasi bawah, maupun akasia berumur 5 tahun, sudah bukan tantangan utamanya. Dengan adanya dirimu di perutnya, rasanya urusan itu menjadi prioritasnya yang kesekian.
Kau perlu tahu Amberley, malam-malam dimana ibumu menelepon dia bercerita betapa dia sudah sangat menunggu kehadiranmu. Dia yang dari suaranya aku bisa membayangkan wajah dengan mata yang berbinar-binar ketika mencoba mengajakmu berbicara selagi kau masih di dalam perutnya, tentang bagaimana dia curhat padamu mengenai kegiatan sehari-harinya.
Kau perlu tahu Amberley, ibumu ini mengajarkanku lebih banyak hal dari cerita-cerita yang disampaikannya saat mengandungmu. Tentang sabar, tentang betapa bahagia bila dapat selalu bersama dengan orang yang kita cintai, tentang bagaimana rasa lelahnya hilang ketika meski perutnya sudah besar denganmu di dalamnya dia tetap semangat, tak habis tenaganya untuk memasak, mencuci baju untuk ayahmu, lalu tentang menjadi istri yang patuh pada suami, dan banyak lagi.
Satu hal penting dari keberadaanmu sekarang yang kau perlu tahu Amberley, ini tentang jodoh. Cerita mengenai bagaimana sahabatku bertemu dengan sang pemilik tulang rusuk. Tentang ibumu yang bertemu ayahmu di tempat dia mengambil data untuk penelitian tugas akhir, di lahan reklamasi tambang di Kalimantan Timur. Siapa sangka mereka akan bertemu di sana? Bertemu, klop, meminta persetujuan orang tua lalu memutuskan menikah, mengandungmu, lalu kau sudah hadir saja di dunia hari ini.
Maka cerita mengenai hal inipun Amber, sudah pasti tertulis dalam Lauh Mahfudz, kitab tempat dituliskan segala kejadian, konsep dan lain sebagainya di alam semesta bahkan jauuuh jauh hari sebelum semesta ini diciptakan. Yang Maha Menciptakan memunculkan seorang perempuan bernama Melissa Harnas yang untuk penelitian tugas akhirnya mengambil proyek dosen pembimbingnya. Judul penelitannya sudah cukup oke untuk menelusuri keberadaanmu saat ini, yakni Menghitung Estimasi Stok Karbon Hutan Revegetasi di Area Reklamasi Pasca Tambang Batubara PT. Multi Harapan Utama di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Haha panjang sekali ya. Hmm maksudku begini. Skenario Allah lah yang mengatur proyek ini dilakukan PT tersebut (PT tempat ayahmu bekerja) yang memiliki hubungan kerjasama dengan salah satu dosen di jurusan kami. Kemudian Dia, melalui tangan tak terlihat-Nya, menggerakkan ibumu untuk mengambil proyek ini atas persetujuan sang dosen pembimbing. Berangkatlah ibumu ke Kabupaten Kutai. Bertemu dengan sang pemilik tulang rusuk. Pembicaraan singkat saja, memantapkan hati kemudian menikah.
Aku rasa ini hanya secuplik skenario dari Yang Maha Menggerakkan yang aku mencoba meraba untuk membacanya. Di balik itu pastilah banyak titik–titik lain yang (mungkin suatu saat nanti kau ngobrol dengan ibumu) bila dilihat keterikatan satu sama lain akan membuat kita mengangguk-angguk tersenyum akan situasi, keberadaan kita saat ini. Coba saja kita pikirkan, kalau ibumu tidak sekolah di kampus ini apakah akan ada kau? Atau misalnya dia mengambil jurusan lain di kampus ini, apa dia akan mengerjakan proyek tersebut lalu bertemu dengan ayahmu di PT itu?
Baiklah Amber, kita tahu Dia Yang Maha Kuasa sudah mengatur semuanya. Detail, ya dengan sangat mendetail. Bahkan bila ingin tahu sedetail apa lalu kita coba mempraktikkannya dengan merangkai sebuah kalimat kemudian ingin menjabarkannya dengan S-P-O-K (seperti yang aku pelajari saat SD) keterangan tersebut tak akan pernah cukup membantu. Dia punya keterangan yang lebih detail dari sekedar keterangan waktu, keterangan tempat. Dia mengatur pertemuan-pertemuan, waktu orang-orang berpapasan untuk terjadi pada tahun, bulan, tanggal, jam bahkan detik keberapa. Beberapa saat lalu Dia juga yang mengarahkanku untuk membelokkan stang motor ke kanan, segera berkendara di sisi kanan jalan karena sejenak kemudian aku lihat ada sebuah semangka besar melayang dari mobil angkutannya pecah berhamburan di jalan raya, waktu yang tepat untuk membelokkan stang, sesaat sebelum tertimpuk oleh sang semangka. Dia juga yang mengatur urusan hidup orang, menghentikan nafasnya pada hembusan ke berapa juta, ke berapa miliar, atau bahkan pada satu dua hembusan saja.
Malah jadi panjang lebar begini. Aku rasa kau akan segera tahu maksudku. Diskusikan dengan ibumu nanti ya hehe.
Baiklah nak, sekiranya aku cukupkan dulu cerita tentang ibumu dan hal-hal yang bisa aku ambil dengan bersahabat dengannya. Kalau kau sudah sedikit lebih besar, ada baiknya kita ngobrol banyak dan tentu aku akan mencubit-cubit pipimu :3 (Boleh ya Caa, hehe) Semoga kau tumbuh menjadi wanita shalihah, kuat, keren, gaul, cantik, pinter, seperti ibumu. Sampai bertemu segera, Amberley!
Salam hangat,
Reni, kawan ibumu yang sangat ingin mencium dan mencubit pipimu :3
Ibumu, Gagas, aku, Teh Ella di depan mock up untuk lomba NIC M-Fest
Aku, gagas dan ibumu saat presentasi di depan para juri perlombaan NIC M-Fest
Ibumu, aku dan teman teman kuliah kami saat ada kunjungan ke lapangan
Ibumu, aku, dan.. kamu yang masi berusia 3 bulan di dalam perut ibumu. Foto ini diambil oleh Icang sesaat setelah ibumu menyelesaikan sidang tugas akhirnya
Amberley berumur dua hari, baru saja dikirimi foto oleh ibumu 🙂
Untuk ibunya Amberley

Ica sekarang sudah jadi seorang ibu :”) Nulis ini aku jadi merasa semacam how time flies and we actually don’t know what tomorrow will bring. Dirimu emang sungguh epic, live report pernikahan dan live report lahiran hahaha. Eh Marico, jodoh itu tidak kemana kan Co, betul kan? Karena kalo dia kemana maka dia tidak jodoh, sesimpel itu kan ya hahaha. Btw tadi aku baru cerita ke teman sekantor tentang kisahmu (pake sedikit berlinang air mata gitu deh Co haha) dan dia heboh banget bilang ceritamu kayak di film-film (atau jangan-jangan aku terlalu memberi efek pada ceritamu ya? Ah enggak kok tapi). Yah pokoknya begitulah. Sebenernya aku sangat ingiiin meneleponmu mau denger banyaaak dari kamu tapi sepertinya memang belum memungkinkan. Jadi aku tulis begini dulu saja ya. Ukhibukifillah, Ico :”) Oya tadi pas habis nyeritain tentang dirimu tetiba inget quote dari Bang Tere yang ini nih 🙂
“Kalau memang terlihat rumit lupakanlah. Itu jelas bukan cinta sejati kita. Cinta sejati selalu sederhana. Pengorbanan yang sederhana, kesetiaan yang tak menuntut apapun dan keindahan yang apa adanya.”
― Tere Liye
Btw kenapa nyerempet kesini deh ya haha. Yowes Co selamat menimang-nimang si dedek ya, sampai ketemu segera InsyaAllah:)
Untuk anda
Iya betul ini untuk anda. Untuk anda yang saya pun belum tahu siapa. Yang entah mungkin belum pernah bertemu atau yang siapa tahu nanti kita akan bertemu lagi. Sampai ketemu di waktu dan tempat yang tepat, salam semangat! syalalaala~

Leave a Reply

Your email address will not be published.