Warung ombak

Sore satu.

Ada satu warung di tepi pantai di dekat tempat parkir di Jemeluk, Amed. Papan di depannya bertuliskan “Warung Ombak” dengan anak panah menunjuk ke warung tersebut. Sederhana saja, warung ini berdiri tegak oleh 6 pilar kayu dengan tumpukan seng sebagai atapnya. Dua kursi kayu memanjang dengan satu tempat lesehan beralaskan dipan diletakkan berjejer mengelilingi meja yang penuh jajanan.

Menjelang siang hari ibu penjaga warung sibuk melayani orang yang berdatangan membeli jajanan. Langganan sang ibu adalah anak-anak kecil yang sudah pulang dari sekolah lalu bermain di pantai, bapak-bapak ibu-ibu yang duduk di pantai, orang-orang yang akan atau sudah selesai menyelam. Saat matahari condong ke barat pantai dipenuhi anak-anak yang entah bermain voli, berkano, berenang di tepian, atau sekedar duduk-duduk bercanda dengan kawan lain. Pantai sore hari selalu ramai, seperti sore ini.

Duduk di kursi kayu yang menghadap pantai di depan Warung Ombak, saya mengamati keramaian. Sore ini ada sekumpulan anak perempuan bermain kano. Tampak kurang asik kalau meggunakan kano bergantian maka mereka menaikinya bersamaan. Satu kano untuk bersama hehe.

Lalu datang satu anak laki-laki mupeng ingin bermain kano. Tak dapat menandingi suara banyak anak perempuan maka si anak laki-laki ke pinggir, menyingkir. Tak mau kalah, si anak laki-laki mengambil ban hitam kempot yang ada di jukung bapaknya. Tak ada rotan akar pun jadi; mencari sebilah kayu, menaiki ban hitamnya, kemudian mendayung dengan semangat.

Si adik ini gigih sekali lho mengayuh bilah kayunya hehe

Sesaat ada seorang kawannya memanggil dari tepian, si adik menyahut lalu kembali semangat mendayung.

Bosan mendayung lalu meceburkan diri ke air hehe

Sesampainya di penginapan, melihat ekspresi si adik ini di foto bikin saya senyum senyum sendiri. Hei adik laki-laki, terimakasih sudah menghibur sore satu saya di Jemeluk :”) Lain kali kalau ke Jemeluk lagi, kita kenalan ya hehe.

Untung saja ada Warung Ombak. Jadi saya, anda, atau kita satu saat nanti, masih bisa duduk di satu kursi kayunya untuk bisa mengamati. Lalu tersenyum ikut merasakan betapa mereka bisa begitu riang meski sekedar ber-ban hitam kempot menyisir permukaan laut. 

Untung saja ada Warung Ombak, sehingga semua bebas menapaki setiap jengkal pasir pantainya, berenang di kolom air manapun yang dimaui. Bukan tumpukan material tegak angkuh yang membangun tembok tak kasat mata yang tersirat membatasi menciptakan iklimnya sendiri.

Singkat cerita, rasanya selalu menyenangkan dengan begini, duduk mengamati atau ikut dalam keriuhan mereka dari  Warung Ombak ini atau tempat seperti warung-warung ombak di wilayah lain :”)

Leave a Reply

Your email address will not be published.