adalah sebagai pengingat

Mungkin itulah mengapa ada buku-buku, membaca tulisan-tulisan, melihat foto-foto perjalanan atau ikut di dalamnya, terlibat dalam urusan-urusan, bersama menghadiri majelis-majelis, bertemu orang-orang lalu sekedar ngobrol atau berdiskusi, berbagai hal lain dan tentu saja yang tidak kalah penting adalah kehadiran teman; those are, the so many ways to keep this feeling floating. 

Bagi saya pribadi, terlena membuat si ‘rasa’ ini kadang timbul kadang tenggelam. Dan dari ‘the so many ways’ di atas, mudah-mudahan saya, teman-teman, kita semua bisa selalu berusaha untuk menjaganya tetap mengapung di permukaan; untuk selalu bersyukur, memperbaiki diri, dan menebar manfaat. 
Maka saya adalah orang beruntung yang hidupnya telah dibuat beririsan dengan orang-orang yang tidak pernah lelah untuk saling mengingatkan.
Adalah tiga orang paling vokal dalam hidup saya; Bapak, Ibu, dan Ratri. Yang saya pun tidak dapat mendeskripsikan dengan tepat karena tidak hanya beririsan, tapi saya adalah bagian dari mereka.
Adalah Ustica Haedy; seorang sahabat karib yang telah membersamai saya sejak menginjak Sekolah Dasar -meski hanya satu halaman sekolah, kemudian belajar di SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi yang sama. Seorang kawan yang telah beririsan dengan saya dalam terlalu banyak hal, terlalu banyak cerita. Tapi kata ‘terlalu’ di sini tidak akan membuat kita berhenti untuk berbagi kan, Ca?:)
Adalah Dian Maghfirah Hala dan Falma Kemalasari; dari mereka saya tidak perlu sulit-sulit ‘berkaca’. Dua sahabat yang telah memahamkan jangan hanya karena ‘kan ngga enak sama orang itu’ lalu saya meng-iya-kan semua permintaan dan menyadarkan keras kepala itu boleh tapi selalu keras kepala itu tidak baik. Penyampai satu pesan singkat yang saya ingat lekat,
 “Dan kemanapun hidup membawa kita Ren, semoga kita bisa tetap inget tujuan awal dari semua langkah-langkah itu.”
Adalah Hamida Amalia; kind of college friend who shows me the role model of a wise woman, the so objective person. Perempuan yang memiliki kemampuan untuk mengingatkan tanpa men-judge.
Adalah Nisfatin Mahardini; ibu guru tempat berbagi ide-ide metode pembelajaran pada anak-anak usia sekolah.
Adalah Humaira Safitri; dari perempuan ini belajar untuk tidak berlebihan dalam bercanda.
Adalah Silvia Rachmy; pelahap segala buku, kamarnya adalah perpustakaan. Tempat saya bisa bebas memilih buku untuk dipinjam dari deretan rak di kamar kosannya.
Adalah Ratih Hardian; an out of the box thinker, sesama pemimpi. Orang yang nyambung diajak ngobrol apa saja. Mau tentang politik, pertandingan bola, kartun Jepang, resep-resep kue dan makanan berat, sampai hal-hal mendasar mengenai apapunlah 😉
Adalah Shofia; pendaki wanita seangkatan di jurusan. Tengok saja foto-foto travel log-nya:)
Adalah Mbak Isti; seorang kawan berlayar ke timur, sesama penghuni rantau orang yang dalam beberapa kesempatan menyelipkan obrolan-obrolan tentang saling mengingatkan.
Dan tentu banyak lagi orang lain yang telah bersinggungan dengan saya, yang telah menginspirasi yang tidak bisa saya tulis satu-persatu.

Bukankah ini pilihan masing-masing?
Laiknya mentari Amed beberapa waktu lalu
Muncul
Ingin memilih kembali tenggelam kerana gentar melalui gelap?
Membaca quote dari seorang kawan; bukan kegelapan yang memekat, hanya cahaya yang melemah. Teman-teman tetap begini ya, untuk selalu ingat-mengingatkan. Bersama berusaha menjadi penguat cahaya, to keep this feeling floating.

 
”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al-Asr)

Leave a Reply

Your email address will not be published.