Rumah baru!

Pertengahan Juli malam itu, di Bus Kramat Djati menuju bandung. Bersama ibu yang duduk di kursi sebelah, mengantar saya untuk melakukan proses daftar ulang kuliah. Ibu bercerita;

“Waktu itu pas makan malam bersama, salah satu peserta dari jepang ke tempat ibu duduk terus dia bilang ‘Rini, mata – matamu indah’ terus ibu tanya maksude opo kok ada mata – mata barang, terus anaknya bilang ‘you said the grammar in bahasa is different to english. In english, you know the way we say plural thing we put ‘s’ behind it, but then in bahasa you said we have to repeat the word itself’ soalnya dia pikir mata itu kan ada dua jadi mata – mata, terus ibu yo ngguyu…”

Sungguh tak terhitung cerita cerita sarat nilai, penuh kesan yang disampaikan oleh bapak dan ibu pada saya dan adik. Tersebut diatas adalah salah satunya. Cerita – cerita yang disampaikan mencipta rasa tertentu di hati saya, menjadi nasihat kehidupan tak ternilai atas candaan, pengalaman, keprihatinan, serta rasa syukur yang mereka mereka sampaikan.

Sejak di bus kramat djati malam itu, saya kemudian sempat terpikir kalau saya jadi ibu rasanya saya juga mau mau jadi ibu yang seperti ibu, menjadi orang tua seperti bapak dan ibu, yang begitu menginspirasi anak – anaknya salah satunya melalui cerita – cerita hidupnya. Menulis kemudian menjadi opsi, menjadi cara terbaik bagi saya sejauh ini untuk merapikan kenangan, menjadi jalan memanifestasikan perasaan. Apalagi menyadari bahwa saya adalah manusia yang sungguh, ehm, baper dan sulit move on dari kenangan kenangan indah masa lalu *eak. Tulisan – tulisan yang ketika dibaca lagi bisa membuat saya senyam senyum sendiri *etdah* by the way, menulis sebagai jalan keluar rasa baper ini baru saya sadari ketika satu malam bercakap dengan Silvi, sahabat saya ketika bersekolah di Bandung (Thanks to Silvi!). Ceritanya saat itu kita sedang begadang bareng sebagai sesama pejuang tugas akhir. Silvi bermasker dan bersarung tangan sibuk di laminar sedang mengadakan perlakuan pada objek penelitiannya, saya mengotak atik data, baru kembali ke Bandung dari pengambilan data penelitian di Nusa Penida.

“Sil, Sil…”
“Hemm..”
“Siiil..”
“Heemm..” Silvi tidak menoleh
“Gimana nih, hatiku berasa masi di Nusa Penida…”

Silvi tidak menjawab. Saya melanjutkan mengetik dan sesekali melihat foto – foto saat di Nusa Penida. Beberapa saat kemudian Silvi selesai melakukan perlakuan, dia menurunkan maskernya ke bawah dagu.

“Ren.. ren… gitu mulu kerjaanmu, ngeliat liat foto, ngetik sesekali, balik lagi liatin foto. Dasar, kamu itu terjebak pada kebahagiaan masa lalu. Mending kamu nulis aja di blog. Udah habis itu biar konsen skripsi, katanya mau lulus April.”

Wow, kalimat terjebak pada kebahagiaan masa lalu adalah bagian dari diri saya yang baru saya kenali lewat Silvi malam itu. Bener juga. Kemudian saya tulis semua mua, lalu rasanya jadi plong. Rasa yang aneh, tapi begitu adanya :p Sejak itu dapat menerbitkan tulisan di blog pribadi membawa kebahagiaan tersendiri buat saya.

Pada dasarnya saya mulai menulis sejak awal kuliah, hingga saat ini sudah berganti dua kali alamat blog pribadi *dasaranakgalau* Tapi kali ini rasanya ingin ingin sekali punya website pribadi, sehingga terbitlah retnonuraini.com dengan kategori baru yang belum ada di blog sebelumnya, yakni saya bubuhkan khusus kategori akuakultur untuk memaksa diri ini menulis lebih banyak lagi hal – hal berbau akademis *wihiw*

Bismillaah, disini saya sedang mengikhtiarkan untuk menulis lebih rajin lagi. Semoga dapat memberikan manfaat dan barangkali dapat menjadi inspirasi bagi teman sekalian yang kebetulan membaca, serta anak cucu, apabila Allah berikan kesempatan suatu saat nanti untuk menjadi seorang ibu dan nenek *aamiin*. Barangkali nanti ketika kulit ini sudah begitu mengeriput, ingatan telah pudar, lalu saya melewatkan hal – hal apa saja yang akan saya ceritakan pada mereka, dapat saya tengok kembali kesini, pun bila nanti sudah tak lagi punya cukup tenaga untuk berkisah *huks* saya minta suru saja si anak dna si cucu langsung baca disini *asalnyuruh*

So, to the older version of me, enjoy the feelings you created on your whole life here, and keep writing!

“Menulis, adalah bekerja untuk keabadian.” –Pram

Leave a Reply

Your email address will not be published.