Manta penghuni bukit

Berbeda dari manta pada umumnya yang hidup di kolom air, manta jenis ini mendiami bukit di Nusa Penida.

Sore ini saya bermotor ke bukit. Mas Eko dan Mbok Ayu, pasangan suami istri muda yang selalu ramah pada semua orang, mengajak saya melihat manta yang katanya mendiami salah satu bukit di Nusa Penida. Begitu penasaran akan keberadaan manta tersebut, maka saya putuskan untuk melihatnya langsung.

Ternyata dekat saja. Sepuluh menit bermotor kami sampai di satu lahan yang dipenuhi dengan alat alat pertukangan dan sebentuk rumah di tengahnya. Kami datang dari samping bangunan tersebut. Rupanya rumah ini dalam tahap pembangunan, rumah Mas Eko dan Mbok Ayu.

Sudah lama tidak ngobrol, kami duduk di ruang tengah lesehan sambil bercerita apa saja. Tampak wajah sumringah dari kedua pasangan tersebut. Berharap pembangunan rumah sudah selesai sebelum idul fitri. Naeva, putri Mas Eko dan Mbok Ayu yang masih berumur 3 tahun, sibuk keluar masuk ruangan sambil ceriwis menjelaskan ke temen-temen kecilnya ini ruangan apa itu ruangan apa.

Mbok Ayu mengajak saya ke teras lantai dua rumahnya, “Ada yang bagus di atas sana Ren, ayok lihat,” kata Mbok Ayu. Menaiki undakan lalu berhati hati melangkah ke bagian depan teras karena masih banyak kayu dan alat tukang yang berserakan. Menyingkirkan bambu dan kayu diantaranya. Masih sibuk mencoba mencari tempat yang pewe untuk duduk, Mbok Ayu mencolek pundak saya lalu menunjuk ke satu arah. Saya menoleh. Dan woow! Indah sekali teman teman di depan sana ::”) Saya baru ngeh. Di depan sana tampak sunset. Dari balik awan-awan, tampak berkas berkas keemasan menembus celah-celah langit. Berpembatas pepohonan hijau yang mendiami bukit kemudian bibir pantai menyatu dengan laut, tampak dari kejauhan ponton quiksilver, dermaga buyuk, pulau nusa lembongan, nusa ceningan; maka di ketinggian inilah sang rumah berdiri gagah.

Menatap lamat-lamat matahari yang mulai tenggelam. Ah, sinar keemasan seperti ini yang selalu bisa menarik ekor mata saya. Kadang-kadang sore seperti ini sambil menunggu tukang yang masih mengerjakan rumah, Mbok Ayu suka duduk di sini, lihat laut dan sunsetnya yang selalu menawan. Atau kalau sedang suntuk malam-malam dia duduk di teras lantai dua ini. Mbok Ayu bilang kalau dari sini bintangnya jadi lebih terang lebih kelihatan jelas. Lebih menakjubkan lagi kalau lagi purname tambahnya, lautnya keliatan berkilau dari atas sini. Well, deskripsi yang cukup membuat saya pengen berkunjung ke sini saat purnama. Saya pikir rasanya akan menakjubkan tiduran di atas atap, dengan banyak bintang terang atau saat terang purnama kemudian memikirkan banyak hal hehe.

Tiba-tiba terlintas tentang manta di bukit.

“Oiya Mbok Ayu, mana manta di atas bukitnya?” tanya saya

Mbok Ayu senyum, “Coba mundur dikit Ren, terus liat ke arah atas.”

Menggeser duduk saya membelakangi matahari, kemudian mendongakkan kepala ke atas. Agak bingung sebentar. Menoleh ke Mbok Ayu, mengerutkan kening. Mbok Ayu menggambarkan bentuk manta dengan gerakan tangan lalu mencocokkannya dengan atap rumah. Oh! begitu rupanya.

“Waaa keren sekali Mbok Ayu. Aaaa jadi pengen punya rumah di sini juga,” kata saya dengan wajah mupeng. Baiklah, jadi saat ini saya dan Mbok Ayu sedang duduk di mulut manta. *setidaknya interpretasi saya atas teras ini adalah mulut manta haha

Beneran saya mupeng sekali. Hmm punya hunian di bukit sini jadi salah satu list saya nih sekarang hehe

Fadlan, Naeva, dan Izah

Leave a Reply

Your email address will not be published.