Baywatch lokal dan substrat unik di Pemuteran

“ Penjaga pantainya serem. Badannya gede-gede, kalo ada tindakan pengunjung yang ngga bener langsung diteriakin dari pinggir sambil nuding-nuding.”

Tiga minggu lalu saya berkesempatan mengunjungi Pemuteran, satu wilayah di Bali Utara yang terkenal dengan aplikasi metode biorock untuk rehabilitasi terumbu karang. Metode biorock yang diterapkan di sini dinilai berhasil dilihat dari recruitment karang yang terjadi dan pertumbuhan karang yang signifikan.
Bermacam bentuk rangka berfungsi sebagai substrat untuk menempelkan fragmen karang. Bentuk-bentuk yang unik berhasil menarik wisatawan domestik maupun mancanegara untuk melakukan snorkeling atau penyelaman.
“Wisatawan yang hadir terkesan dengan metode yang digunakan untuk kegiatan rehabilitasi. Yang juga menarik perhatian adalah bentuk-bentuk substrat yang unik. Kebanyakan substrat yang ditenggelamkan biasanya berbentuk bongkahan yang sudah umum, tapi dengan bentuk-bentuk unik seperti yang ada di sini pesan konservasi dapat tersampaikan dengan cara yang lebih mudah ke wisatawan karena mereka sudah tertarik lebih dulu terhadap objek yang ada,” kata pengawas pantai.
Keberhasilan pengembangan metode transplantasi yang menarik banyak wisatawan untuk berkunjung tak lepas dari dukungan Desa Pakraman Pemuteran. Penelitian yang dilakukan oleh Atmadja dkk* menyebutkan bahwa Desa Pakraman Pemuteran mendukung gagasan ini dengan alasan, yakni: pertama, basis ekonomi para nelayan akan terpulihkan. Kedua, jika kegiatan bisnis pariwisata berkembang maka terjadi tetesan dolar kepada krama desa lewat penyerapan tenaga kerja lokal. Ketiga, bisnis pariwisata memberikan peluang bagi pemasaran produk lokal sebagai penunjang bisnis pariwisata. Keempat, bisnis pariwisata memunculkan diversifikasi nafkah, yakni nelayan, petani, dan karyawan perusahan pariwisata sehingga peluang untuk meningkatkan pendapatan keluarga bertambah besar. Kelima, desa pakraman mendapatkan masukan finansial dari dana filantropi dan atau tanggung jawab sosial perusahaan pariwisata. Masukan finansial ini bisa memperkuat basis ekonomi desa pakraman guna mewujudkan aneka program yang terkait dengan pengaktualisasian ideologi THK.

Oiya, tentang baywatch lokal.
Pengawasan pantai di pesisir ini dilakukan oleh masyarakat. Pemuteran, yang notabene terletak di Bali dengan hukum adat yang mengikat kuat, merupakan tempat pertama kali terbentuk pecalang segara. Pecalang sendiri merupakan pelaksanakan sistem keamanan tradisional yang dilakukan oleh orang lokal. Sistem yang berkembang baik ini menjadi percontohan bagi pengamanan wilayah pesisir di tempat-tempat lain, di Bondalem, Tejakula, Penuktukan, dan bahkan menurut informasi dari salah satu pecalang segara, sistem tersebut diadaptasi juga di wilayah pesisir di Kalimantan.
Pecalang segara ini bekerja pada satu kelompok yang dinamakan Kelompok Pengawas Masyarakat (Pokmaswas). Pokmaswas didirikan pada masing-masing desa yang memiliki wilayah pesisir dan masyarakat memiliki inisiatif untuk kegiatan pengamanan pesisirnya. Tujuan utamanya ialah mengawasi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di wilayah pesisir. Selain itu, Pokmaswas juga bertugas memberikan peringatan pada orang-orang yang melakukan pelanggaran, sedangkan tindak lanjut terhadap pelanggar adalah di luar tugas pokmaswas, melainkan diserahkan pada pihak yang berwajib misalnya pada aparat pemerintah tapi bisa juga diserahkan pada desa adat apabila pelanggaran dilakukan terkait dengan awig-awig.
“Semboyan kerja kami adalah 3S, salam, senyum, sapa. Udah bukan jamannya lagi pengawas pantai mengingatkan orang yang melanggar dengan meneriaki dari jauh, berkacamata hitam muka sangar. Kebanyakan kalo begitu yang diingatkan malah semakin berontak, makin ngeyel. Coba kalau misalnya didatangi, kita sapa lalu diberi senyum manis sambil bilang baik-baik kalo melakukan kesalahan. Orang akan segan dan malu sendiri. Ini dari pengalaman yang sudah-sudah hehe,” kata Bli Gunaksa, wakil ketua Pokmaswas Pemuteran.
Bener juga ya hehe.
Kalo tujuannya baik lalu disampaikan dengan cara yang baik InsyaAllah hasilnya juga baik. Dan, agaknya memang hanya yang dari hati yang akan sampai ke hati.
Baiklah. Siapa tahu teman-teman berkesempatan berkunjung ke Pemuteran, ini dia Bli Gunaksa, dengan seragam pokmaswasnya setelah menyampaikan semboyan 3 S. Berfoto tidak lupa menyunggingkan senyum ramah pecalang segara 🙂
Bli Gunaksa dengan senyum ramah pecalang segara
*Atmadja, A. Tungga dkk. (2013). Pecalang Segara: Satuan Tugas Keamanan Tradisional Penjaga Kelestarian Lingkungan Pantai dan Laut: Studi Kasus di Desa Pakraman Pemuteran, Grokgak, Buleleng, Bali. Jurnal Bumi Lestari, Volume 13 No. 1, Februari 2013, hlm. 174-184s

*Foto UW oleh Citra Indah Lestari

Leave a Reply

Your email address will not be published.