Sanur Village Festival 2013

“Mari seluruhnya kita panjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa agar kegiatan hari ini berjalan lancar,” kata Pak Ena, pemilik Dive Operator Ena Dive.

Pukul delapan pagi seluruh peserta Underwater Clean Up Sanur (UWCU Sanur) sudah berdiri di tepi pantai dengan setelan menyelamnya masing-masing. Setelah sejenak berdoa, melaksanakan foto seluruh tim, kemudian masing-masing tim menuju ke perahu yang sudah disepakati pembagiannya.

Kegiatan Underwater Clean Up ini merupakan salah satu dari berbagai agenda yang masuk dalam penyelenggaraan Sanur Village Festival 2013.

Panitia dan peserta Underwater Clean Up Sanur Festival 2013

Tim kami, berjumlah 7 orang, diketuai oleh Pak Ena. Selain Pak Ena, 6 orang lain yang menjadi satu tim dengan beliau ialah Mbak Pariama Hutasoit, Direktur Nusa Dua Reef Foundation, Pak Adrianto Mulya, fotografer yang ditugaskan mengabadikan momen ini, Pak Ena, pemilik Ena Dive yang bekerja sama dnegan pemerintah untuk menyelenggarakan UWCU Sanur pagi ini, dua orang mas-mas dari Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL), bli yang mengendalikan perahu, dan saya sendiri.

Segera setelah mengambil tempat pewe di perahu, kami menyiapkan alat masing-masing. BCD, tanki, regulator dipasang diputar kanan kiri hingga ter-set-up siap  digunakan dalam penyelaman. Saya mencoba memasukkan udara dari tanki dengan menekan katup inflator berwarna biru untuk menggembungkan BCD. Yang terdengar hanya bunyi “sssshhhhh” udara yang keluar dari sela tombol tersebut. saya coba tekan lagi beberapa kali. Tetap saja bunyi “sssshhh” yang terdengar. BCD tidak mau menggembung. Gawat.

“Mbak Ama, Mbak Ama, kok ini ngga mau masuk ke BCD  ya udaranya?” tanya saya.

“Coba sini Ren,” kata Mbak Mbak Pariama meraih regulator yang sudah diset bersama tanki dan BCD dari tangan saya. Menekan tombol biru dan hanya bunyi “sssshhh” yang terdengar. “Kayaknya ini bocor deh.”

Haduh.

“Coba lihat sini saya coba” kata Pak Ena.

“Ini sudah lama ndak dipake, udaranya ndak bisa masuk ,” kata Pak Enak setelah mencoba beberapa kali dengan bunyi “sssshh” saja.

“Oh gitu ya Pak, yaudah ngga papa Pak nanti saya tiup manual aja ntar pas di permukaan ngayuh pake fin aja kalo emang ngga bisa digembungin hehe,” kata saya. Pasrah.  *Kok ya kemaren ngga dicoba dulu tho ya Ren -.-

“Eh tunggu dulu. Ini bukan inflator buat ngisi udara, kayanya yang ini tombolnya ya,” kata Pak Ena sambil menekan tombol berwarna oranye. Daaaan “puuuuff’ udara mengalir sempurna menggembungkan BCD. Yes!

“Ini IST ya, saya dulu pernah juga terkecoh tombol-tombol buat inhale-sama release,” kata Pak Ena sambil senyum.

“Waaa makasi banyak Pak Ena, iya ya Pak habis kan biasanya di BCD lain di bagian ini ya Pak gembunginnya hehehe” kata saya dengan senyum ‘yes’ memeluk erat BCD yang sudah menggembung sempurna *oposih hahaha

Spot penyeleman berada tidak jauh dari tepi pantai. Sepuluh menit kemudian perahu berhenti. Setelah pembagian tim kecil, persiapan selesai, kami memakai BCD masing-masing, kemudian ber-backroll “jbuuur!” terjun ke laut.

Tim kecil ini dibagi menjadi dua, saya bersama Mbak Ama menyelam ke selatan, sementara itu Pak Ena bersama Pak Adrianto dan 2 mas-mas dari BPSPL menyelam ke utara. Titik temu kami, kata Pak Ena,” Nanti Ama ke arah selatan lalu berbalik lagi, saya juga ke arah Utara nanti balik lagi. Di sebelah ponton ini ada batu gede di sebelahnya lagi ada substrat berpasir, di situ nanti bertemu ya.”

Dan dimulailah underwater clean up pagi ini. Menekan deflator mengempiskan BCD membuat saya turun perlahan. Tidak terlalu dalam, hanya 9 atau 10 meter. Nyaman dengan buoyancy saya mengayuh fin mengikuti Mbak Ama.

Channel, begitu katanya nama spot ini. Dipenuhi karang porites seukuran mobil avanza atau ada yang lebih besar lagi gabungan-gabungannya. Sambil membawa kampil sya tengok kanan-kiri melihat apakah terdapat plastik, kain, atau sampah anorganik semacamnya. Sesekali Mbak Ama menunjuk ke suatu arah, memperlihatkan kalau ada sampah, lalu saya kayuh fin perlahan untuk mengambilnya.

Kain yang tersangkut di karang

Berkali-kali saya mengambil ‘sesuatu’ yang tersangkut di karang, yang awalnya saya kira kain atau  platik bungkus makanan tapi kemudian saat ditarik dari karang lalu diamati, ternyata si ‘sesuatu’ ini adalah popok bayi. Sedikit tersaru karena warnanya aslinya sudah tertutup oleh alga atau pasir yang menutupi permukaannya, tapi setelah ditarik terlihat pengerat karet khas popok bayi yang bergerigi. Ada delapan puluh persen dalam satu kampil sampah yang saya kumpulkan berisi popok bayi. Ada apa ini hehe. Selain popok bayi ada juga plastik-plastik dan kain yang tersangkut.

Memungut sampah anorganik yang tersangkut pada karang
Popok bayi
Mbak Sama memungut sampah anorganik
Mejeng diantara porites yeeeey
Time is up, time is up
Foto sekali lagi, ya!

Dua hal yang saya suka dari menyelam. Pertama, saat menyelam komunikasi terbangun tanpa berkata-kata *ecieeh. Tapi beneran loh hehe. Dipaksa untuk tidak berkata-kata sehingga yang berlaku adalah kode-kode, atau melihat mata buddy. Dari sini bener deh saya percaya bahwa mata itu tidak bisa bohong:). Kedua, saya suka memperhatikan hewan tumbuhan laut yang super menakjubkan warna-warni dari dekat (karena kalo snorkeling suka capek kalau harus duck-dive berkali-kali). Kalau ada hamparan soft coral saya kibaskan fin “whuuuush” lalu melihat apa yang keluar dari balik kerumunan si karang lunak, atau sekedar memperhatikan betapa anggun si soft coral meliuk-liuk. Pernah juga saya iseng banget waktu lihat ada schooling baby fishes yang jumlahnya (kayanya) ribuan. Mereka berenang ke satu arah membentuk formasi. Saya gerakkan fin membelah formasi. “Syut!” formasi anak-anak ikan merenggang cepat. Saya tarik fin, saya diamkan, anak-anak ikan perlahan membentuk formasi seperti sebelumnya. Ada empat atau lima kali saya ulangi adegan membelah-formasi-menggunakan-fin lalu setelah puas melihat anak-anak ikan keren ini, kemudian pergi ke objek lain sambil melambaikan tangan ‘maaf ya mengganggu perjalanan kalian’. Sering juga saya berhenti lama di satu karang lalu iseng menunggu, lihat-lihat. Mengibaskan tangan di air pada koloni christmas three worm yang seketika menguncup, lalu sebentar kemudian mekar lagi. Atau seperti saat nyelam kali ini saya penasaran saat melihat satu bentuk kepala keluar dari karang meja rendah. Saya colek Mbak Ama, menunjuk-nunjuk ke bagian bawah karang meja rendah. Menghembuskan nafas, mengurangi udara dari paru-paru, mendekatkan badan ke substrat pasir agar bisa mengintip ke bagian bawah karang tersebut. Itu kepalanya muncul-muncul sekilas. Saya penasaran, mungkin bisa saja dia penyu atau murray eel (jarang loh dilihat di sanur). Mbak Ama ngode ‘yuk yuk ke sana’ saya membalas dengan memperlihatkan dua telapak tangan ‘bentar mbak bentar tunggu’ sambil menunjuk ke bagian bawah karang. Lalu saya memiringkan kepala, mengintip tidak terlalu dekat. Mata si hewan ini terlihat tapi tidak berani keluar, tau ada saya pasti ya hehe. menegok mencari Mbak Ama, ‘oh masih di sana’ lalu kembali mengamati si pemilik kepala. Sebentar kemudian, saya masih mengintip menunggu tidak bergerak, si hewan ini keluar dari persembunyiannya. Ah ternyata itu puffer fish! Lalu saya mengayuh fin, ngeloyor pergi mendekat ke Mbak Ama.

Kurang kerjaan banget ya haha. Biasanya memang yang cantik-cantik itu sembunyi, jadi harus cukup jeli dan sabar kalau mau lihat. Tapi jangan juga jadi lupa sekeliling, seperti yang pernah saya alami saat menyelam di Tulamben Juni tahun lalu. Kami berlima, 4 orang teman dengan satu dive guide. Memilih untuk nyantai dan tidak terkena kayuhan fin kawan di depan  saya memutuskan untuk berada di barisan paling belakang. Ceritanya kami sedang safety stop sambil antai mengayuh fin di kedalaman 6 meter. Yasudah saya lihat-lihat saja ke sekeliling sambil sesekali saya melihat ke depan, mengecek jarak dengan teman. Tapi entah ini terlalu asik mengamati kemudian saat saya lihat ke sekeliling tidak ada siapa-siapa. Panik. Saya kayuh fin dengan cepat sambil tengok kanan-kiri. Tidak ada siapa-siapa. Saya lihat ke pressure gauge tinggal 20 bar! Kemudian bernafas tenang agar tidak boros, memperlambat kayuhan fin sambil terus bergerak maju. Hingga beberapa puluh meter rasanya masih tidak ada siapa-siapa di sekekliling. Lalu kemudian saya lihat tiga pasang kaki di atas. Saya putuskan untuk perlahan ke permukaan. Sampai di permukaan, ternyata itu kaki 3 orang bule. Celingak celinguk sambil menahan ombak-ombak kecil yang berdebyur-debyur di muka. “Kak Reniiiii!” saya dengar stau orang berteriak. Saya menoleh. “Doniiiiiiii!” kata saya sambil melambaikan tangan. Ternyata saya muncul di permukaan berjarak 150an meter dari entry point kami. Naik dibantu seorang dive guide lain, melepas peralatan kemudian berjalan sempoyongan ke Puri Madha tempat kami menitipkan barang. “Pak Bagong mana Don?” tanya saya. “Pak Bagong tadi masuk lagi nyari kakak, paling bentar lagi keluar” kata Dony. Beberapa saat kemudian Pak Bagong muncul ke permukaan air, saya hanya melayangkan senyum terbaik saya ke beliau. Maafkan saya ya Pak.

Begitu yang pernah saya alami. Semoga bisa menjadi pembelajaran bahwa bukan berarti suatu hal itu mengasyikkan, terlalu fokus kemudian terlena akan hal tersebut sehingga lupa sekeliling. Lupa kalau kita harus mengikuti orang yang lebih berpengalaman di depan kita untuk kembali ke permukaan.

Kembali ke kegiatan Underwater Clean Up Sanur tadi. Dari penyelaman kemarin, berikut ini terdapat beberapa foto yang diambil oleh Mbak Pariama Hutasoit.

Telur nudibranch yang bentuknya mirip seperti bunga mawar.

Telur nudibranch yang bentuknya mirip bunga mawar
Pari totol biru tersaru oleh pasir
Pari totol biru

Saat hampir mendekati meeting point, kami bertemu dengan dua sahabat. The mother of liionfish and the ‘sengak’ puffer fish. Ini lionfish yang paling besar yang pernah saya lihat (mungkin ada yang lebih besar lagi ya di tempat lain hehe) nemplok di slaah satu sisi porites. Di sebelahnya ada si puffer fish yang kalau saya dekati dia biasa aja, stay cool berenang di kolom air.

Mother of lion fish
Puffer fish
Muka sengak puffer fish
Penabuh gamelan
Instalasi biogas di salah satu booth pameran
Peserta lomba memancing
Menang! selamat pak!
Booth pameran
Mbak Ama di tengah ikan hasil pancingan
Baa! si bapak ikutan saja begaya
Gelatooo setelah panas panasan

Sabtu yang menyenangkan. Alhamdulillah :”)


Semua foto ketika menyelam diambil oleh Pariama Hutasoit. Makasi banyak Mbak Ama sudah diizinkan untuk dimuat di blog saya:)

Leave a Reply

Your email address will not be published.