Kemari sebentar, kawan

Kutepuk bahumu. Kau menoleh.

Kemari mendekat kawan, kubisiki.
Eh, kau ingat tidak tampang culun kita saat diospek kakak-kakak tingkat?
Mau maunya saat itu kita disuruh pakai atribut ospek aneh-aneh, diminta ngerjain macem-macem pulak
Memakai name tag kambing, cari tanda tangan seangkatan plus kakak-kakak panitia, bikin jargon kelompok, ngerjain ini-itu. Baris sesuai kontur, bah!
Macam kita ini mainan saja. Konyol.
(Kau tersenyum mengiyakan)
Ingat juga saat berlelah-lelah kulap?
Berebut kamar mandi lalu timbul cek-cok kecil dengan kawan lain
Rebutan naik ke truk. Berebut pula tempat untuk menggelar sleeping bag.
Heatshock menyerang lalu cek-cok kecil lagi dengan kawan
(Kau menyeringai, mengangguk menyetujui kalimatku)
Masa-masa kuliah di kelas sambil ngantuk-ngantuk, tak jarang kena tegur dosen.
Disuruh keluar buat cuci muka. Malu gilak.
Lalu juga yang ini, pembagian bab buat belajar biselmol, perwan, anfiswan, dan apalah itu mata kuliah lain
Niat belajar bareng yang berakhir dengan ketiduran bareng. Gagal belajar.
Bangun pagi langsung ke kampus. Tak sempat mandi. Ya, tidak pakai mandi.
Bikin laporan sambil merem melek
(Kau terkekeh pelan)
Kejadian ini itu. Tidak sedikit bukan.
Ingatan ini, layaknya potret-potret yang disetel diputar ke kepalaku
Tahu tidak?
Satu hal yang aku rasai dari kejadian-kejadian tersebut

Untung saja kawan, untung saja.
Untung saja saat itu kita mau di-konyol-i. Untung ada cek-cok yang segera reda setelahnya. Untung saja ketiduran di kelas ketahuan dosen. Untung kita pernah tidak mandi ke kampus.
Sekali lagi, untung saja kawan
Semua itu berjalan dengan tidak biasa-biasa saja.
Jadi bisa aku ingat-ingat sambil senyam senyum sendiri.

Sekarang ini, lihat.
Gagah, anggun.
Berderet rapi jali, berdiri kita di sabuga.
Dipimpin Pak Rektor mengucap sumpah sarjana.
Anak-anak gajah sebentar lagi dilepaskan dari induknya.

Ssttt,
Ini hanya siklus sementara kan kawan?
Bertemu, berkenalan, berkawan, berpisah, hingga satu saat kita bertemu lagi.
Bertemu lagi dimana? Ya bisa dimana saja. Mungkin satu saat aku bisa mengunjungimu saat S2 atau S3 di negeri sebrang, atau bisa saja aku mengawanimu survey ke pelosok negri untuk bahan penelitianmu. Atau aku bisa menemanimu sekedar berjalan ke BATAN untuk mengambil satu termos nitrogen cair hehe.
Atau hmm paling pasti kita juga dapat langsung bertemu di halte pemberhentian terakhir, yang mereka sebut kampung akhirat. Dimana segala yang bersifat sementara ini sirna lalu kita segera masuk ke kehidupan abadi.

Kawan, terimakasih untuk semuanya.
Untuk setiap pengalaman dan pelajaran.
Untuk setiap kebersamaan.
Tidak. Aku tak hendak ucapkan salam berpisah, toh kita kan bertemu lagi bukan?;)

Sebelum sebentar lagi kita ikuti Pak Rektor mengucap sumpah sarjana, satu lagi ingin aku sampaikan. Quote favoritku dari Bang Tere “ Tak ada yang hilang dari hati, tidak ada yang pergi dari sebuah kenangan.”

Baiklah, sampai berjumpa lagi 🙂

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.